Padang — Dalam semangat pengabdian dan penempaan diri, santri Banat SMA RLA IIBS kembali menorehkan langkah inspiratif. Kali ini, mereka hadir sebagai pengajar tamu di SDSIT Karakter Anak Shalih Padang. Sebuah kegiatan yang bukan hanya menjadi ruang untuk berbagi ilmu. Tetapi juga sarana memupuk rasa percaya diri, kepedulian, serta jiwa mendidik sejak dini.
Dalam kegiatan tersebut, para santri diberikan tanggung jawab untuk membimbing siswa-siswi Sekolah Dasar dalam pengenalan Bahasa Arab dasar, termasuk kosa kata sehari-hari dan percakapan singkat (Hiwar). Program ini tidak hanya dimaksudkan untuk memperkuat praktik berbahasa Arab para santri, tetapi juga melatih mereka dalam keterampilan menyampaikan ilmu secara aplikatif di depan peserta didik yang lebih muda.
Membentuk Mental Pendidik Sejak Dini
Pendidikan di RLA IIBS (Rintisan Lembaga Al-Qur’an Integrated Islamic Boarding School) dirancang untuk menghasilkan generasi yang unggul secara intelektual, emosional, dan spiritual. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan memberikan pengalaman langsung mengajar, agar para santri tidak hanya menjadi pembelajar pasif, melainkan juga aktif sebagai penyampai ilmu.
Mengajar anak-anak bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kesabaran, kemampuan komunikasi yang baik, serta pemahaman psikologi anak. Oleh karena itu, kesempatan ini menjadi ajang pembelajaran nyata bagi santri untuk mengasah empati, kejelasan berbicara, dan keterampilan menyederhanakan materi.
Bahasa Arab sebagai Identitas dan Alat Dakwah
Bahasa Arab bukan hanya bahasa pengantar dalam ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga menjadi bagian dari identitas seorang Muslim. RLA IIBS memandang penting penguasaan bahasa Arab bukan semata dari sisi linguistik, tetapi juga sebagai alat dakwah dan komunikasi global umat Islam.
Dalam sesi pengajaran yang dilakukan di SDSIT Karakter Anak Shalih Padang, para santri membimbing adik-adik dengan metode yang menyenangkan, interaktif, dan penuh semangat. Kegiatan ini tidak hanya memperkenalkan Bahasa Arab, tetapi juga menanamkan rasa cinta terhadap bahasa Al-Qur’an sejak dini kepada para siswa SD.
Menebar Ilmu, Menebar Kebaikan
Tidak semua anak remaja memiliki kesempatan dan keberanian untuk berdiri di depan kelas dan mengajar. Namun para santri RLA IIBS membuktikan bahwa dengan pembinaan yang tepat dan niat yang tulus, seorang remaja bisa tampil sebagai figur inspiratif dan agen perubahan di lingkungannya.
Momen ini menjadi bagian dari perjalanan penting dalam pembentukan karakter para santri. Mengajar adalah bentuk kontribusi nyata dalam masyarakat, dan dalam Islam, menyampaikan satu ayat pun merupakan amal jariyah yang luar biasa nilainya.
Sebagaimana pepatah Arab menyebutkan,
“Man jadda wajada. Man zara’a hasada.”
(Barang siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan berhasil. Barang siapa yang menanam, ia akan menuai.)
Semoga kegiatan ini menjadi bibit kebaikan yang terus tumbuh, baik di hati para santri maupun para siswa yang mereka bimbing. InsyaAllah, kelak mereka akan menjadi pendidik tangguh yang tidak hanya mengajar dengan ilmu, tetapi juga dengan keteladanan.
Kolaborasi Pendidikan: RLA IIBS dan SDSIT Karakter Anak Shalih
Kegiatan ini juga menjadi simbol kolaborasi positif antara lembaga pendidikan. RLA IIBS dan SDSIT Karakter Anak Shalih Padang memiliki visi yang sama dalam membangun generasi Qur’ani yang cerdas, berakhlak, dan berkontribusi bagi umat. Dengan saling berbagi pengalaman dan membuka ruang praktik lapangan, kedua lembaga ini turut memperkuat ekosistem pendidikan Islam yang saling terhubung dan mendukung.
Kepala sekolah SDSIT Karakter Anak Shalih Padang menyambut baik kehadiran para santri RLA IIBS. Dalam pernyataannya, ia mengungkapkan bahwa kehadiran santri memberikan warna baru dalam proses belajar siswa. Anak-anak terlihat antusias, ceria, dan lebih bersemangat saat sesi pembelajaran Bahasa Arab berlangsung.
Sementara itu, pembina kegiatan dari RLA IIBS menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini akan menjadi agenda berkelanjutan, guna mendidik para santri menjadi pribadi yang aktif, tangguh, dan peka terhadap kebutuhan pendidikan di masyarakat.
Kegiatan pengabdian ini bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang belajar dari pengalaman. Para santri belajar menjadi pemimpin, penyampai ilmu, dan pembawa manfaat di tengah masyarakat. Mereka belajar bahwa ilmu yang dimiliki akan bernilai ketika dibagikan, dan rasa percaya diri tumbuh ketika seseorang mampu berbicara dan menginspirasi orang lain.
Semoga kegiatan ini menjadi salah satu dari banyak langkah kecil yang menuju perubahan besar. Santri bukan hanya pelajar, tetapi juga pendidik masa depan yang membawa cahaya ilmu dan kebaikan ke mana pun mereka melangkah.