Dua Santri RLA IIBS Rampungkan Hafalan Mutun Kitab Al-Azkar Wal Adab di Halaqah Masjid Nabawi
Madinah, Arab Saudi – Di bawah naungan cahaya Masjid Nabawi yang syahdu, dua santri dari RLA IIBS, M. Fathan Mubina dan Muhammad Arrasyid Pratama, berhasil menyelesaikan hafalan Mutun Kitab Al-Azkar wal Adab bersama para masyaikh dalam halaqah eksklusif di Masjid Nabawi. Prestasi ini bukan hanya kebanggaan bagi mereka secara pribadi, tetapi juga bagi institusi pendidikan dan komunitas penghafal kitab di Indonesia. Menghidupkan Tradisi Ilmu di Tanah Suci Halaqah ilmiah di Masjid Nabawi telah lama menjadi pusat pembelajaran Islam yang mendalam. Tradisi ini berakar kuat sejak zaman Rasulullah SAW, di mana para sahabat dan ulama terdahulu menuntut ilmu langsung dari sumbernya. Kini, dua santri RLA IIBS melanjutkan jejak itu dengan kesungguhan luar biasa dalam menghafal dan memahami kitab Al-Azkar wal Adab, yang mengajarkan tentang adab serta dzikir dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan M. Fathan Mubina dan Muhammad Arrasyid Pratama dalam menyelesaikan hafalan ini bukan hanya bukti ketekunan mereka, tetapi juga hasil dari metode pembelajaran intensif yang diterapkan di RLA IIBS. Sekolah ini dikenal dengan pendekatan pembelajaran berbasis halaqah dan sistem talaqqi, di mana santri mendapatkan bimbingan langsung dari para masyaikh. Perjalanan Menuju Hafalan Sempurna Menghafal kitab bukan perkara mudah. Proses ini membutuhkan konsistensi, kedisiplinan, serta lingkungan yang mendukung. Di Masjid Nabawi, halaqah ilmu menjadi ajang di mana para santri mendalami ilmu agama melalui metode talaqqi—belajar langsung dari para ulama dengan sanad yang tersambung hingga Rasulullah SAW. M. Fathan Mubina dan Muhammad Arrasyid Pratama memulai perjalanan mereka dengan mengikuti halaqah bersama masyaikh yang dikenal memiliki keilmuan mendalam dalam bidang hadits dan adab. Setiap hari, mereka menghafal bagian demi bagian kitab Al-Azkar wal Adab, mengulang-ulangnya dengan disiplin ketat hingga mencapai kelancaran dalam penyebutan dan pemahaman maknanya. Bersama Para Masyaikh di Masjid Nabawi Salah satu aspek istimewa dari halaqah ini adalah interaksi langsung dengan para masyaikh di Masjid Nabawi. Santri tidak hanya dituntut untuk menghafal, tetapi juga memahami makna mendalam dari setiap dzikir dan adab yang tertuang dalam kitab Al-Azkar wal Adab. Dengan bimbingan para ulama, mereka belajar bagaimana mengamalkan dzikir dalam berbagai situasi kehidupan dan memahami pentingnya adab dalam berinteraksi. Keberhasilan dua santri ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran di lingkungan Masjid Nabawi bukan sekadar hafalan, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang menuntut ketulusan dan keikhlasan. Para masyaikh memberikan isnad atau sanad keilmuan sebagai bentuk pengakuan bahwa santri telah memahami isi kitab dengan baik dan benar. Dampak dan Harapan bagi Santri Indonesia Keberhasilan M. Fathan Mubina dan Muhammad Arrasyid Pratama memberikan inspirasi bagi santri lain di Indonesia untuk terus berusaha dalam menuntut ilmu. Dalam era digital yang serba cepat, menjaga tradisi keilmuan Islam tetap hidup merupakan tantangan besar. Namun, pencapaian ini membuktikan bahwa dengan niat yang kuat dan sistem pembelajaran yang tepat, generasi muda Muslim dapat tetap teguh dalam menuntut ilmu agama. Kepulangan mereka ke Indonesia diharapkan dapat membawa semangat baru bagi santri lainnya, khususnya dalam menghidupkan halaqah ilmu di pesantren-pesantren dan masjid-masjid. Selain itu, pencapaian ini juga menunjukkan pentingnya peran institusi pendidikan dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual. Hafalan kitab Al-Azkar wal Adab oleh M. Fathan Mubina dan Muhammad Arrasyid Pratama di halaqah Masjid Nabawi adalah bukti nyata dedikasi dan kecintaan mereka terhadap ilmu agama. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, mereka memilih jalan ilmu dan menghidupkan kembali tradisi halaqah yang telah diwariskan sejak zaman Rasulullah SAW. Keberhasilan ini bukan hanya prestasi pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi santri Indonesia untuk terus menuntut ilmu dan menjaga warisan keilmuan Islam.